Jumat, 16 Agustus 2013

TRADISI UNIK LEBARAN DI BERBAGAI NEGARA



Berbagai keunikan merayakan Lebaran/Idul Fitri begitu terasa menambah semaraknya Bulan Silaturohim tsb.
Seperti apa suasana lebaran di negara-negara Arab? Dikutip dari Arab News, setelah mengikuti ibadah Al-Mashhad atau salat Id di masjid-masjid besar terdekat, mereka biasanya berkumpul di rumah keluarga tertua untuk bersilaturahmi. Mereka juga memiliki tradisi silaturahmi dengan tetangga dan sejumlah kerabat seraya mengucap rangkaian selamat Idul Fitri.
Selama pekan silaturahmi Lebaran, semua pintu rumah biasanya sengaja tak dikunci untuk memudahkan kerabat, tetangga atau keluarga yang hendak bertandang. Mereka juga menyiapkan satu meja lengkap dengan kertas dan pena di dekat pintu untuk menyambut tamu yang tak bisa bertemu tuan rumah.
Jika saat berkunjung tak ada orang di dalam rumah, mereka akan menaruh bingkisan seperti sekotak permen, kue, atau satu set parfum di atas meja yang telah disiapkan. Lalu mencatat pesan Idul Fitri di kertas yang telah disediakan.
Bagi-bagi uang
Tradisi memberi uang – atau angpao dalam tradisi Tionghoa, juga dilakukan warga Arab. Di sini disebut Eidiyah.
“Kami memberi anak-anak mainan atau uang sebagai ucapan terima kasih karena sudah puasa selama Ramadan, dan mendorong mereka agar mau puasa lagi tahun depan dan di masa datang,” ujar Barazanji, salah satu warga Arab Saudi.

Tradisi Eidiyah itu juga terpelihara di banyak negara dengan nama yang berbeda-beda. Di Malaysia disebut sebagai Duit Raya. Amplop duit raya tersedia dalam berbagai warna dan desain. Paket itu bisa didapatkan dengan mudah dari bank, toko, pasar swalayan, dan tempat-tempat komersil lain.
Di Jazirah Arab, selain penampilan tubuh, mereka juga memiliki tradisi mempercantik rumah sekaligus menyemprot rumah dengan parfum lokal ‘Oud’ atau Bakhoor, semacam batu bata beraroma atau woodchips yang dibakar seperti dupa, khusus untuk parfum rumah.
Jika di Indonesia ada ketupat dan opor ayam, negara-negara Arab juga punya menu khas yang sepertinya sudah menjadi menu wajib pada setiap Idul Fitri. Menu khas itu antara lain debyaza, semacam puding aprikot; halawa Turki, puding tradisional Turki; dan ta’teema, penganan khas dengan pilihan keju, mentega, selai dan telur matang.
Beberapa makanan itu biasanya disiapkan sejak tiga hari menjelang Lebaran. Debyaza dan halawa Turki membutuhkan waktu pengolahan cukup lama karena ada proses pendinginan untuk menciptakan rasa manis dan kental. “Makanan ini biasanya disimpan di kulkas sampai Lebaran tiba,” ujar Hanan Mohammed, 47, seorang ibu rumah tangga di Arab.
Tradisi baru: kudapan cokelat
Generasi muda di Arab belakangan ini mulai mulai memasukkan kudapan cokelat dalam sajian Lebaran untuk menjamu tamu.
“Ini tradisi baru karena anak-anak jaman sekarang umumnya tidak suka permen biasa, jadi kami mulai menawarkan cokelat untuk semua orang,” kata Aminah Sadeg, seorang ibu rumah tangga berusia 70 tahun. “Setiap rumah biasanya memiliki berbagai macam piring atau keranjang berisi berbagai jenis cokelat.”










Lamian di Cina hingga tarian dan adu telur
Semarak Idul Fitri tak hanya terasa di negara-negara dengan mayoritas penduduk muslim. Tengok saja di China yang membangun tradisi unik dengan akulturasi Islam dan budaya China yang kental. Di tengah pesta santap dan tarian, mereka menyelipkan upacara khusus untuk mengenang penduduk muslim pada masa Dinasti Qing.

Di China ada menu unik Lebaran yaitu lamian atau mi buatan tangan yang biasanya disajikan dalam sup daging sapi atau domba aneka rasa. Melambangkan panjang umur, lamian menjadi salah satu menu wajib dalam acara-acara spesial di China, termasuk Idul Fitri bagi yang merayakan. Menu lain yang tak kalah populer adalah Chuanr atau kebab.
Sejumlah tradisi unik juga mencipta kemeriahan Idul Fitri di kawasan Asia Selatan. Di Afghanistan, ada kebiasaan adu telur untuk menyambut Hari Kemenangan. Cara memainkannya: dua peserta saling berhadapan dengan telur di tangan. Jika keduanya telah siap, telur akan saling dihantamkan. Peserta yang telurnya lebih dulu hancur dianggap kalah.
2 Anak Afghanistan sedang adu telur / newshopper.sulekha.com
Sementara di Pakistan, India dan Bangladesh, kemeriahan justru terpusat pada malam menjelang Lebaran. Bersama karib dan kerabat, mereka berkumpul di lahan terbuka demi menyaksikan munculnya bulan baru. Ketika bulan terlihat, mereka serta-merta akan mengucap ‘Chaand Raat Mubarak’, yang artinya kira-kira ‘Selamat Malam Rembulan yang penuh keberkahan’ atau ‘Id Mubarak’.
Kemeriahan yang populer dengan sebutan ‘Malam Rembulan’ itu tak lepas dari aksi para perempuan dewasa dan gadis-gadis yang menghiasi tangan mereka dengan daun inai atau yang biasa kita sebut dengan ‘pacar’. Berhias cahaya aneka warna, toko-toko pun buka hingga nyaris dini hari karena menjadi kesempatan terakhir bagi orang-orang untuk belanja terakhir keperluan Lebaran.

KEUTAMAAN BULAN SYAWAL


(CARA PENYEMANGAT TETAP BERISTIQOMAH DALAM BERIBADAH PASCA ROMADHON)
Sungguh Alloh MahaPengasih dan Penyayang terutama banyaknya tebaran pahala di Bulan Romadhon. Hal ini memberikan support kepada umat Islam untuk meningkatkan ibadahnya fii Syahri Romadhon. Dan Supaya Umat Islam tetap semangat beribadah berikut keutamaan Bulan Syawal yaitu Bulan setelah Bulan Romadhon.

·         Bulan Kembali ke Fitrah: Syawal adalah bulan kembalinya umat Islam kepada fitrahnya, diampuni semua dosanya, setelah melakukan ibadah Ramadhan selama sebulan penuh. Paling tidak, tanggal 1 Syawal umat Islam "kembali makan pagi" dan diharamkan berpuasa pada hari itu. Tibanya bulan Syawal membawa kemenangan bagi mereka yang berhasil menjalani ibadah puasa sepanjang Ramadhan, la merupakan lambang kemenangan umat Islam hasil dari peperangan menentang musuh dalam jiwa yang terbesar, yaitu hawa nafsu.

·         Bulan Takbir
Tanggal 1 Syawal adalah Hari Raya Idul Fitri, seluruh umat Islam di berbagai belahan dunia mengumandangkan takbir. Maka, bulan Syawal pun merupakan bulan dikumandangkannya takbir oleh seluruh umat Islam secara serentak, paling tidak selama satu malam, yakni begitu malam memasuki tanggal 1 Syawal alias malam takbiran hingga menjelang shalat Idul Fitri. Kumandang takbir merupakan ungkapan rasa syukur atas keberhasilan dalam melaksanakan ibadah Ramadhan selama sebulan penuh. Kemenangan yang diraih itu tidak akan tercapai, kecuali dengan pertolongan-Nya. Maka umat Islam pun memperbanyakkan dzikir, takbir, tahmid, dan tasbih. "Dan agar kamu membesarkan Allah atas apa-apa yang telah la memberi petunjuk kepada kamu, dan agar kamu bersyukur atas nikmat-nikmat yang telah diberikan" (QS. al-Baqarah: 185).
·          
Bulan Silaturahmi
Dibandingkan bulan-bulan lainnya, pada bulan inilah umat Islam sangat banyak melakukan amaliah silaturahmi, mulai mudik ke kampung halaman, saling ber- maafan dengan teman atau tetangga, halal bi halal. Betapa Syawal pun menjadi bulan penuh berkah, rahmat, dan ampunan Allah karena umat Islam menguatkan tali silaturahmi dan ukhuwah Islamiyah.
·       
  Puasa Satu Tahun
Amaliah yang ditentukan Rasulullah saw. pada bulan Syawal adalah puasa sunah selama enam hari, sebagai kelanjutan puasa Ramadhan. "Barangsiapa berpuasa pada bulan Ramadhan lalu diiringinya dengan puasa enam hari bulan Syawal, berarti ia telah berpuasa setahun penuh" (HR. Muslim, Abu Dawud, At-Tirmidzi, An-Nasa’i dan Ibnu Majah). Dalam hadis yang lain disebutkan "Allah telah melipatgandakan setiap kebaikan dengan sepuluh kali lipat. Puasa bulan Ramadhan setara dengan berpuasa sebanyak sepuluh bulan. Dan puasa enam hari bulan Syawal yang menggenapkannya satu tahun." (HR. An-Nasa’i dan Ibnu Majah).
·         Bulan Nikah: Syawal adalah bulan yang baik untuk menikah. Hal ini sekaligus mendobrak khurafat, yakni pemikiran dan tradisi jahiliyah yang tidak mau melakukan pernikahan pada bulan Syawal karena takut terjadi malapetaka. Budaya jahiliyah itu muncul disebabkan pada suatu tahun, tepatnya bulan Syawal, Allah swt menurunkan wabah penyakit, sehingga banyak orang mati termasuk beberapa pasangan pengantin. Maka sejak itulah kaum jahiliah tidak mau melangsungkan pernikahan pada bulan Syawal. Khurafat itu didobrak oleh Islam. Rasulullah saw menunjukkan sendiri bahwa bulan Syawal baik untuk menikah. Siti Aisyah menegaskan: "Rasulullah saw menikahi saya pada bulan Syawal, berkumpul (membina rumah tangga) dengan saya pada bulan Syawal, maka siapakah dari isteri beliau yang lebih beruntung daripada saya?". Selain dengan Siti Aisyah, Rasulullah saw. juga menikahi Ummu Salamah pada bulan Syawal. Menurut Imam An-Nawawi, hadis tersebut berisi anjuran menikah pada bulan Syawal. Aisyah bermaksud, dengan ucapannya ini, untuk menolak tradisi jahiliah dan anggapan mereka bahwa menikah pada bulan Syawal tidak baik.
·         Bulan peningkatan: Inilah keistimewaan bulan Syawal yang paling utama. Syawal adalah bulan peningkatan kualitas dan kuantitas ibadah. Kata Syawal, secara harfiyah, artinya "peningkatan", yakni peningkatan ibadah sebagai hasil latihan selama bulan Ramadhan. Umat Islam diharapkan mampu meningkatkan amal kebaikannya pada bulan ini, bukannya malah menurun atau kembali ke "watak" semula yang jauh dari Islam. Na’udzubillah.
·   
      Bulan pembuktian takwa:
Inilah makna terpenting bulan Syawal. Setelah Ramadhan berlalu, pada bulan Syawal merupakan bulan pembuktian berhasil atau tidaknya ibadah Ramadhan, terutama ibadah puasa, yang bertujuan meraih derajat takwa. Jika tujuan itu tercapai, sudah tentu seorang muslim akan menjadi lebih baik kehidupannya, lebih saleh perbuatannya, lebih dermawan, lebih bermanfaat bagi sesa¬ma, lebih khusyu’ ibadahnya, dan seterusnya. Paling tidak, semangat beribadah dan dakwah tidak menurun setelah Ramadhan. Wallahu a’lam.

Oleh : Majelis Taklim AL-JIDDA Indonesia (Semua kita bisa membuka cabang Majelis Taklim AL-JIDDA. Insya Alloh dengan niat Lillaahi Ta'ala sudah cukup)
Diadaptasi dari www.jalanterbaru.blogspot.com/2013